Rabu, 18 November 2009

Karakteristik Habitat Anoa

Abdul Haris Mustari
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Kampus IPB Dramaga, Bogor.Email:haris.anoa@yahoo.com

Anoa sangat peka akan gangguan manusia. Gangguan yang sedikit saja terhadap habitatnya menyebabkan satwa ini menghindar mencari tempat yang lebih aman. Karena itu anoa mendiami habitat yang jauh dari pemukiman dan aktivitas manusia, dan itu adalah hutan yang memiliki aksesibilitas rendah. Anoa cenderung menghindari kontak langsung dengan manusia dan segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas manusia seperti adanya ternak sapi atau kerbau. Kecuali pada beberapa kawasan hutan dimana anoa tidak punya pilihan untuk menghindar karena habitatnya terisolir, anoa dapat saja mendatangi areal perkebunan yang berbatasan dengan hutan atau kawasan konservasi.

Seiring pertambahan penduduk dan terbukanya akses oleh berbagai kegiatan seperti pemukiman, transmigrasi, perkebunan dan pertambangan, habitat anoa yang dahulunya sulit terjangkau, aksesnya semakin terbuka, akibatnya habitat satwa ini semakin berkurang dan terkotak-kotak yang pada akhirnya menyebabkan populasinya menurun. Banyak kawasan hutan yang dahulunya dikenal sebagai habitat anoa tidak lagi dijumpai satwa tersebut seperti yang terjadi di CA Tangkoko Batuangus di Bitung Sulawesi Utara, anoa punah secara lokal. Habitat anoa terfragmentasi, populasi kecil terisolir sehingga diantara individu tidak terjadi perkawinan dan pertukaran genetik yang pada gilirannya akan membawa masalah serius inbreeding, perkawinan antar kerabat dekat yang mana akan menyebabkan terjadinya erosi genetik seperti yang terjadi pada kawasan hutan yang relatif sempit misalnya SM Tanjung Amolengo dan CA Lamedai di Sulawesi Tenggara dan banyak kawasan hutan lainnya yang dihuni anoa telah terfragmentasi seperti ini.

Sebagai ungulata penghuni hutan sejati, anoa membutuhkan tempat mencari makan, minum, berlindung serta melakukan interaksi sosial berupa hutan primer yaitu hutan yang belum terjamah manusia; mulai dari hutan pantai, hutan rawa, hutan dataran rendah, dan hutan pegunungan. Semakin jauh kawasan hutan dari lingkungan manusia semakin disukai anoa sebagai habitat. Hal ini terkait dengan naluri dasar anoa sebagai satwa yang sangat peka yang telah beradaptasi selama jutaan tahun di hutan alam Sulawesi, jauh sebelum manusia pertama menginjakkan kaki di pulau ini. Secara umum anoa dataran rendah ditemukan mulai dari hutan pantai sampai hutan pada ketinggian sekitar 1000 m dpl, dengan kisaran suhu udara harian 22-27 derajat celcius. Anoa dataran rendah menyukai hutan di sepanjang aliran sungai yang disebut hutan riparian. Demikian pula hutan bambu sangat disukai anoa. Sedangkan hutan dengan karakteristik berbatu dan bertebing curam dimana banyak terdapat formasi gua bebatuan limestone juga dapat dijadikan anoa sebagai habitat, namun dengan tingkat okupansi yang lebih rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar